Cerita ini bermula ketika aku ingin menemui klien ditemani dengan sekertarisku yang cantik dan seksi. bagaimana cerita ini bermula ? mari kita simak saja...
Siang hari saudah waktunya makan siang kami mencari café yg letaknya dekat dgn kantorku , waktu itu aku ditemani oleh pak Heru, dan sekretarisku namanya Lina, hari hari sebelumnya aku sering makan berdua dgn Lina tapi kali ini karena pak Heru ingin membicakan sesuatu akan proyeknya maka dari itu kami makan bertiga.
Aku dan Pak Heru berbincang-bincang mengenai proyek implementasi software dan juga tambahan hardware yg diperlukan. Memang perusahaanku sedang ingin mengganti sistem yg lama, yg sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan yg terus berkembang. Sedangkan Lina sibuk mencatat pembicaraan kita berdua.
Sedang asyik-asyiknya menyantap steak yg kupesan, tiba-tiba HPku berbunyi. Kulihat caller idnya.. Dari Lina.
Siang hari saudah waktunya makan siang kami mencari café yg letaknya dekat dgn kantorku , waktu itu aku ditemani oleh pak Heru, dan sekretarisku namanya Lina, hari hari sebelumnya aku sering makan berdua dgn Lina tapi kali ini karena pak Heru ingin membicakan sesuatu akan proyeknya maka dari itu kami makan bertiga.
Aku dan Pak Heru berbincang-bincang mengenai proyek implementasi software dan juga tambahan hardware yg diperlukan. Memang perusahaanku sedang ingin mengganti sistem yg lama, yg sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan yg terus berkembang. Sedangkan Lina sibuk mencatat pembicaraan kita berdua.
Sedang asyik-asyiknya menyantap steak yg kupesan, tiba-tiba HPku berbunyi. Kulihat caller idnya.. Dari Lina.
Bertukar Pasangan Seks, Nikmatnya |
“Hallo Pak Adit. Kapan nih kesini lagi” suara merdu terdengar diseberang sana.
“Oh iya. Nanti sebentar lagi saya ke sana. Saya sedang makan siang nih. Bapak tunggu sebentar ya” jawabku.
“He.. He.. Sedang nggak bisa ngomong ya Pak” Lina menggoda.
“Betul Pak.. OK sampai ketemu sebentar lagi ya” kataku sambil menutup pembicaraan.
“Dari klien” kataku.
Aku sangat hati-hati tidak mau affairku dgn Lina tercium oleh mereka. Hal ini mengingat Pak Arif, suami Lina, adalah manajer keuangan di kantorku. Kebetulan Pak Arif ini sedang aku kirim training ke Singapore, sehingga aku bisa leluasa menikmati istrinya.
Seusai menikmati makan siang, aku berkata pada Lina bahwa aku akan langsung menuju tempat klienku. Seperti biasa, aku minta supaya aku tidak diganggu kecuali kalau ada emergency. Kamipun berpisah..
Mereka kembali ke lantai atas untuk bekerja, sedangkan aku langsung menuju tempat parkir untuk berangkat mengerjai istri orang he.. He..
Setelah kesal karena terjebak macet, sampai jugalah aku di rumah Lina. Hari sudah menjelang sore. Baygkan saja, sudah beberapa jam aku di jalan tadi. Segera kuparkirkan Mercy silver metalik kesayaangganku, dan memencet bel rumahnya. Dina sendiri yg membukakan pintu. Dia tersenyum gembira melihat kedatanganku.
“Aih.. Pak Adit kok lama sih” katanya.
“Iya.. Tadi macet total tuh.. Rumah kamu sih jauh.. Mungkin di peta juga nggak ada” candaku.
“Bisa aja Pak Adit..” jawab Lina sambil tertawa kecil.
Dia tampak cantik dgn baju “you can see” nya yg memperlihatkan lengannya yg mulus. Buah dadanya tampak semakin padat dibalik bajunya. Mungkin karena sudah beberapa hari ini aku remas dan hisap sementara suaminya aku “asingkan” di negeri tetangga.
Kamipun masuk ke dalam rumah dan aku langsung duduk di sofa ruang keluarganya. Lina menyuguhkan orange juice untuk menghilangkan dahagaku. Nikmat sekali meminum orange juice itu setelah lelah terjebak macet tadi.
Dahagakupun langsung hilang, tetapi setelah melihat Lina yg cantik, dahagaku yg lainpun muncul. Aku masih bernafsu melihat Lina, meskipun telah lima hari berturut-turut aku setubuhi dia.
Kucium bibirnya sambil tanganku mengelus-elus pundaknya. Ketika aku akan membuka bajunya, dia menahanku.
“Pak.. Lina ada hadiah nih untuk bapak”
“Apaan nih?” jawabku senang.
“Ini ada teman Lina yg mau kenal sama bapak. Orangnya cantik banget.”
Lalu dia bercerita kalau dia berkenalan dgn seorang wanita, Nellai, saat dia sedang berolahraga di gym. Setelah mulai akrab, merekapun bercerita mengenai kehidupan seks mereka. Singkat cerita, Nelli menawarkan untuk berpesta seks sambil bertukar pasangan di rumah mereka.
“Dia ingin coba ini bapak. Katanya belum pernah lihat yg sebesar punya Pak Adit” kata Lina sambil meraba-raba kemaluanku.
“Saya sih OK saja” jawabku riang.
“Oh ya.. Nanti pura-pura saja Pak Adit suamiku” kata Lina sambil pamit untuk menelpon kenalan barunya itu.
Aku dan Lina kemudian meluncur menuju rumah Nelli di kawasan Kemang. Untung jalanan Jakarta sudah agak lengang.
Tak lama kamipun sampai di rumahnya yg luas. Seorang satpam tampak membukakan pintu garasi. Linapun menjelaskan kalau kami sudah ada janji dgn majikannya. Nelli menyambut kami dgn ramah.
“Ini perkenalkan suami saya”
Seorang laki-laki paruh baya dgn kepala agak botak memperkenalkan diri. Namanya Heri, seorang pengusaha properti yg sukses. Linapun memperkenalkan diriku pada mereka.
Aku kagum pada rumah mereka yg sangat luas. dgn perabot-perabot yg mahal, juga koleksi lukisan-lukisan pelukis terkenal yg tergantung di dinding. Baygkan saja betapa kayanya mereka, karena orang sekelas aku saja kagum melihat rumahnya yg sangat wah itu.
Tetapi aku lebih kagum melihat Nelli. Wanita ini memang cantik sekali. Terutama kulitnya yg putih dan mulus sekali. Ibaratnya kalau dihinggapi nyamuk, si nyamuk akan jatuh tergelincir.
Disamping itu bodynya tampak seksi sekali dgn buah dada yg besar dan bentuk tubuh yg padat. Sekilas mengingatkan aku pada bintang film panas di jaman tahun 80-an.. Entah siapa namanya itu.
Merekapun menyuguhkan makan malam. Kamipun bercerita basa-basi ngalor ngidul sambil menikmati hidangan yg disediakan. Ditengah makan malam itu, Lina pamit untuk ke toilet. dgn matanya dia mengajakku untuk mengikuti dia.
“Pak, habis ini pulang aja yuk” kata Lina berbisik perlahan setelah keluar dari ruang makan.
“Kenapa?” tanyaku.
“Habisnya Lina nggak nafsu lihat Pak Heri itu. Sudah tua, botak, perutnya buncit lagi”.
Aku tertawa geli dalam hati. Tetapi aku tentu saja tidak menyetujui permintaan Lina. Aku sudah ingin menikmati istri Pak Heri yg cantik sekali seperti boneka itu. Kupaksa saja Lina untuk kembali ke ruang makan.
Setelah makan, kamipun ke ruang keluarga sambil nonton video porno untuk membangkitkan gairah kami. Tak lama, seorang gadis pembantu kecil datang untuk menyuguhkan buah-buahan.
Tetapi mungkin karena kaget melihat adegan di layar TV home theater itu, tanpa sengaja dia menjatuhkan gelas kristal sehingga pecah berkeping-keping. Kulihat tampak Nelli melotot memarahi pembantunya itu, sedangkan si pembantu kecil itu tampak ketakutan sambil meminta maaf berkali-kali.
Adegan di TV tampak semakin hot saja. Tampak Pak Heri mulai mengeraygi tubuh Lina di sofa seberang. Sedangkan Lina tampak ogah-ogahan melayaninya.
“Sebentar Pak.. Lina mau lihat filmnya dulu”
Aku tersenyum mendengar alasan Lina ini. Sementara itu Nelli minta ijin ke dapur sebentar. Akupun mencoba menikmati adegan di layar TV.
Meskipun sebenarnya aku tidak perlu lihat yg seperti ini, mengingat tubuh Nelli sudah sangat mengundang gairahku. Tak lama akupun merasa ingin buang air kecil, sehingga akupun pamitan ke belakang.
Setelah dari toilet, aku berjalan melintasi dapur untuk kembali ke ruang keluarga. Kulihat di dalam, Nelli sedang berkacak pinggang memarahi gadis kecil pembantunya tadi.
“Ampun non.. Sri nggak sengaja” si gadis kecil memohon belas kasihan pada majikannya, Nelli yg cantik itu.
“Nggak sengaja nggak sengaja. Enak saja kamu bicara ya. Itu gelas harganya lebih dari setahun gaji kamu tahu!!” bentak Nelli.
“Gajimu aku potong. Biar tau rasa kamu..”
Si gadis kecil itu terdiam sambil terisak-isak. Sementara wajah Nelli menampakkan kepuasan setelah mendamprat pembantunya habis-habisan. Mungkin betul kata orang, kalau wanita kurang dapat menyalurkan hasrat seksualnya, cenderung menjadi pemarah.
Melihat adegan itu, aku kasihan juga melihat si gadis pembantu itu. Tetapi entah mengapa justru hasrat birahiku semakin timbul melihat Nelli yg sepertinya lemah lembut dapat bersikap galak seperti itu.
“Dasar bedinde.. Verveillen!!” Nelli masih terus berkacak pinggang memaki-maki pembantunya.
dgn tubuh yg putih bersih dan tinggi, kontras sekali melihat Nelli berdiri di depan pembantunya yg kecil dan hitam.
“Ampun non.. Nggak akan lagi non..”
“Oh Pak Adit..” kata Nelli ketika sadar aku berada di pintu dapur. Diturunkannya tangan dari pinggangnya dan beranjak ke arahku.
“Sedang sibuk ya?” godaku.
“Iya nih sedang kasih pelajaran ik punya pembantu” jawabnya sambil tersenyum manis.
“Yuk kita kembali” lanjutnya.
Kamipun kembali ke ruang keluarga. Kulihat Lina masih menonton adegan di layar sementara Pak Heri mengelus-elus pahanya. Aku dan Nellipun langsung berciuman begitu duduk di sofa. Aku melakukan “french kiss” dan Nellipun menyambut penuh gairah.
Kutelusuri lehernya yg jenjang sambil tanganku meremas buah dadanya yg membusung padat. Nellipun melenguh kenikmatan. Tangannya meremas-remas kemaluanku. Dia kemudian jongkok di depanku yg masih duduk di sofa, sambil membuka celanaku.
Celana dalamku dielusnya perlahan sambil menatapku menggoda. Kemudian disibakkannya celana dalamku ke samping sehingga kemaluankupun mencuat keluar.
“Oh..my god.. Bener kata Lina.. Very big.. I like it..” katanya sambil menjilat kepala kemaluanku.
Kemudian dibukanya celana dalamku, sehingga kemaluankupun bebas tanpa ada penghalang sedikitpun di depan wajahnya.
Dielus-elusnya seluruh kemaluan termasuk buah zakarku dgn tangannya yg halus. Tingkah lakunya seperti anak kecil yg baru mendapat mainan baru.
Kemaluankupun mulai dihisap mulut Nelli dgn rakus. Sambil mengulum dan menjilati kemaluanku, Nelli mengerang,emmhh.. emhh, seperti seseorang yg sedang memakan sesuatu yg sangat nikmat. Kuelus-elus rambutnya yg hitam dan diikat ke belakang itu.
Sambil menikmati permainan oral Nelli, kulihat suaminya sedang mendapat handjob dari Lina. Tampak Lina mengocok kemaluan Pak Heri dgn cepat, dan tak lama terdengar erangan nikmat Pak Heri saat dia mencapai orgasmenya. Linapun kemudian meninggalkan Pak Heri, mungkin dia pergi ke toilet untuk membersihkan tangannya.
Sementara itu Nelli masih dgn bernafsu menikmati kemaluanku yg besar. Memang kalau kubandingkan dgn kemaluan suaminya, ukurannya jauh berbeda. Apalagi setelah dia mengalami orgasme, tampak kemaluan Pak Heri sangat kecil dan tertutup oleh lemak perutnya yg buncit itu. Tak heran bila istrinya sangat menikmati kemaluanku.
Tak lama Linapun kembali muncul di ruang itu, dan menghampiriku. Nelli masih berjongkok di depanku sambil mempermainkan lidahnya di batang kemaluanku. Lina duduk di sampingku dan mulai menciumiku. Dibukanya bajuku dan puting dadakupun dihisapnya.
Nikmat sekali rasanya dihisap oleh dua wanita cantik istri orang ini. Seorang di atas yg lainnya di bawah. Sementara Pak Heri tampak menikmati pemandangan ini sambil berusaha membangkitkan kembali senjatanya yg sudah loyo.
Kuangkat baju Lina dan juga BHnya, sehingga buah dadanya menantang di depan wajahku. Langsung kuhisap dan kujilati putingnya. Sementara tanganku yg satu meremas buah dadanya yg lain. Sementara Nelli masih mengulum dan menjilati kemaluanku.
Setelah puas bermain dgn kemaluanku, Nelli kemudian berdiri. Dia kemudian melepaskan pakaiannya hingga hanya kalung berDinan dan hak tingginya saja yg masih melekat di tubuhnya. Buah dadanya besar dan padat menjulang, dgn puting yg kecil berwarna merah muda.
Aku terkagum dibuatnya, sehingga kuhentikan kegiatanku menghisapi buah dada Lina. Nelli kemudian menghampiriku dan kamipun berciuman kembali dgn bergairah.
“Ayo isap susu ik ” pintanya sambil menyorongkan buah dada sebelah kanannya ke mulutku. Tak perlu dikomando lagi langsung kuterkam buah dadanya yg kenyal itu. Kuremas, kuhisap dan kujilati sepuasnya. Nellipun mengerang kenikmatan.
Setelah itu, dia kembali berdiri dan kemudian berbalik membelakangiku. Diapun jongkok sambil mengarahkan kemaluanku ke dalam vaginanya yg berambut tipis itu.
Kamipun bersetubuh dgn tubuhnya duduk di atas kemaluanku menghadap suaminya yg masih berusaha membangunkan perkakasnya kembali. Kutarik tubuhnya agak kebelakang sehingga aku dapat menciumi kembali bibirnya dan wajahnya yg cantik itu.
“Eh.. Eh.. Eh..” dengus Nelli setiap kali aku menyodokkan kemaluanku ke dalam vaginanya. Aku terus menyetubuhinya sambil meremas-remas buah dadanya dan sesekali menjilati dan menciumi pundaknya yg mulus.
Sementara itu Lina bersimpuh di ujung sofa sambil meraba-raba buah zakarku, sementara aku sedang menyetubuhi Nella. Terkadang dikeluarkannya kemaluanku dari vagina Nelli untuk kemudian dikulumnya. Setelah itu Lina memasukkan kembali kemaluanku ke dalam Dinang surga Nelli.
Setelah beberapa menit, aku berdiri dan kuminta Nelli untuk menungging di sofa. Aku ingin menggenjot dia dari belakang. Kusetubuhi dia “doggy-style” sampai kalung berDinan dan buah dadanya yg besar bergoyg-goyg menggemaskan.
Kadang kukeluarkan kemaluanku dan kusodorkan ke mulut Lina yg dgn lahap menjilati dan mengulumnya. Benar-benar nikmat rasanya menyetubuhi dua wanita cantik ini.
“Ahh.. Yes.. Yes.. Aha.. Aha.. That’s right.. Aha.. Aha..” begitu erangan Nelli menahan rasa nikmat yg menjalari tubuhnya. Hal itu menambah suasana erotis di ruangan itu.
Sementara Pak Heri rupanya telah berhasil membangunkan senjatanya. Dihampirinya Lina dan ditariknya menuju sofa yg lain di ruangan itu. Linapun mau tak mau mengikuti kemauannya. Memang sudah perjanjian bahwa aku bisa menikmati istrinya sedangkan Pak Heri bisa menikmati “istriku”.
Sementara itu, aku masih menggenjot Nelli secara doggy-style. Sesekali kuremas buah dadanya yg berayun-ayun akibat dorongan tubuhku. Kulihat Pak Heri tampak bernafsu sekali menyetubuhi Lina dgn gaya missionary.
Tak beberapa lama kudengar erangan Pak Heri. Rupanya dia sudah mencapai orgasme yg kedua kalinya.
Linapun tampak kembali pergi meninggalkan ruangan. Sementara aku masih menyetubuhi Nelli dari belakang sambil berkacak pinggang. Setelah itu kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia lagi, kali ini dari depan. Sesekali kuciumi wajah dan buah dadanya, sambil terus kugenjot vaginanya yg sempit itu.
“Ohh.. Aha.. Aha.. Ohh god.. I love your big cock..” Nella terus meracau kenikmatan.
Tak lamapun tubuhnya mengejang dan dia menjerit melepaskan segala beban birahinya. Akupun sudah hampir orgasme. Aku berdiri di depannya dan kusuruh dia menghisap kemaluanku kembali.
Sementara, aku lirik ke arah Pak Heri, dia sedang memperhatikan istrinya mengulumi kemaluanku. Kuremas rambut Nelli dgn tangan kiriku, dan aku berkacak pinggang dgn tangan kananku.
Tak lama akupun menyemburkan cairan ejakulasiku ke mulut Nelli. Diapun menelan spermaku itu, walaupun sebagian menetes mengenai kalung berDinannya. Diapun menjilati bersih kemaluanku.
“Thanks Radit.. I really enjoyed it” katanya sambil membersihkan bekas spermaku di dadanya.
“No problem Nella.. I enjoyed it too.. Very much” balasku.
Setelah itu, kamipun kembali mengobrol beberapa saat sambil menikmati desert yg disediakan. Kamipun berjanji untuk melakukannya lagi dalam waktu dekat.
Dalam perjalanan pulang, Lina tampak kesal. Dia diam saja di dalam mobil. Akupun tidak begitu menghiraukannya karena aku sangat puas dgn pengalamanku tadi. Akupun bersenandung kecil mengikuti alunan suara Al Jarreau di tape mobilku.
“We’re in this love together..”
“Kenapa sih sayaangg?” tanyaku ketika kami telah sampai di depan rumahnya.
“Pokoknya Lina nggak mau lagi deh” katanya.
“Habis Lina nggak suka sama Pak Heri. Udah gitu mainnya cepet banget. Lina nanggung nih.”
Akupun tertawa geli mendengarnya.
“Kok ketawa sih Pak Adit.. Ayo.. Tolongin Lina dong.. Lina belum puas.. Tadi Lina horny banget lihat bapak sama Nelia make love” rengeknya.
“Wah sudah malam nih.. Besok aja ya.. Lagian saya ada janji sama orang”.
“Ah.. Pak Adit jahat..” kata Lina merengut manja.
“Besok khan masih ada sayaangg” hiburku.
“Tapi janji besok datang ya..” rengeknya lagi saat keluar dari mobilku.
“OK so pasti deh.. Bye”
Sebenarnya aku tidak ada janji dgn siapa-siapa lagi malam itu. Hanya saja aku segan memakai Lina setelah dia disetubuhi Pak Heri tadi. Setidak-tidaknya dia harus bersih-bersih dulu.. He.. He.. Mungkin besok pagi saja aku akan menikmatinya kembali, karena Pak Arif toh masih beberapa hari lagi di luar negeri.
Kukebut mobilku mengarungi jalan tol di dalam kota. Semoga saja aku masih dapat melihat film bagus taygan HBO di TV nanti.
Itulan umpulan artikel dari Cerita Mesum dengan Sekertaris di Kantor semoga kalian semua terhibur. Salam sange !
“Kenapa?” tanyaku.
“Habisnya Lina nggak nafsu lihat Pak Heri itu. Sudah tua, botak, perutnya buncit lagi”.
Aku tertawa geli dalam hati. Tetapi aku tentu saja tidak menyetujui permintaan Lina. Aku sudah ingin menikmati istri Pak Heri yg cantik sekali seperti boneka itu. Kupaksa saja Lina untuk kembali ke ruang makan.
Setelah makan, kamipun ke ruang keluarga sambil nonton video porno untuk membangkitkan gairah kami. Tak lama, seorang gadis pembantu kecil datang untuk menyuguhkan buah-buahan.
Tetapi mungkin karena kaget melihat adegan di layar TV home theater itu, tanpa sengaja dia menjatuhkan gelas kristal sehingga pecah berkeping-keping. Kulihat tampak Nelli melotot memarahi pembantunya itu, sedangkan si pembantu kecil itu tampak ketakutan sambil meminta maaf berkali-kali.
Adegan di TV tampak semakin hot saja. Tampak Pak Heri mulai mengeraygi tubuh Lina di sofa seberang. Sedangkan Lina tampak ogah-ogahan melayaninya.
“Sebentar Pak.. Lina mau lihat filmnya dulu”
Aku tersenyum mendengar alasan Lina ini. Sementara itu Nelli minta ijin ke dapur sebentar. Akupun mencoba menikmati adegan di layar TV.
Meskipun sebenarnya aku tidak perlu lihat yg seperti ini, mengingat tubuh Nelli sudah sangat mengundang gairahku. Tak lama akupun merasa ingin buang air kecil, sehingga akupun pamitan ke belakang.
Setelah dari toilet, aku berjalan melintasi dapur untuk kembali ke ruang keluarga. Kulihat di dalam, Nelli sedang berkacak pinggang memarahi gadis kecil pembantunya tadi.
“Ampun non.. Sri nggak sengaja” si gadis kecil memohon belas kasihan pada majikannya, Nelli yg cantik itu.
“Nggak sengaja nggak sengaja. Enak saja kamu bicara ya. Itu gelas harganya lebih dari setahun gaji kamu tahu!!” bentak Nelli.
“Gajimu aku potong. Biar tau rasa kamu..”
Si gadis kecil itu terdiam sambil terisak-isak. Sementara wajah Nelli menampakkan kepuasan setelah mendamprat pembantunya habis-habisan. Mungkin betul kata orang, kalau wanita kurang dapat menyalurkan hasrat seksualnya, cenderung menjadi pemarah.
Melihat adegan itu, aku kasihan juga melihat si gadis pembantu itu. Tetapi entah mengapa justru hasrat birahiku semakin timbul melihat Nelli yg sepertinya lemah lembut dapat bersikap galak seperti itu.
“Dasar bedinde.. Verveillen!!” Nelli masih terus berkacak pinggang memaki-maki pembantunya.
dgn tubuh yg putih bersih dan tinggi, kontras sekali melihat Nelli berdiri di depan pembantunya yg kecil dan hitam.
“Ampun non.. Nggak akan lagi non..”
“Oh Pak Adit..” kata Nelli ketika sadar aku berada di pintu dapur. Diturunkannya tangan dari pinggangnya dan beranjak ke arahku.
“Sedang sibuk ya?” godaku.
“Iya nih sedang kasih pelajaran ik punya pembantu” jawabnya sambil tersenyum manis.
“Yuk kita kembali” lanjutnya.
Kamipun kembali ke ruang keluarga. Kulihat Lina masih menonton adegan di layar sementara Pak Heri mengelus-elus pahanya. Aku dan Nellipun langsung berciuman begitu duduk di sofa. Aku melakukan “french kiss” dan Nellipun menyambut penuh gairah.
Kutelusuri lehernya yg jenjang sambil tanganku meremas buah dadanya yg membusung padat. Nellipun melenguh kenikmatan. Tangannya meremas-remas kemaluanku. Dia kemudian jongkok di depanku yg masih duduk di sofa, sambil membuka celanaku.
Celana dalamku dielusnya perlahan sambil menatapku menggoda. Kemudian disibakkannya celana dalamku ke samping sehingga kemaluankupun mencuat keluar.
“Oh..my god.. Bener kata Lina.. Very big.. I like it..” katanya sambil menjilat kepala kemaluanku.
Kemudian dibukanya celana dalamku, sehingga kemaluankupun bebas tanpa ada penghalang sedikitpun di depan wajahnya.
Dielus-elusnya seluruh kemaluan termasuk buah zakarku dgn tangannya yg halus. Tingkah lakunya seperti anak kecil yg baru mendapat mainan baru.
Kemaluankupun mulai dihisap mulut Nelli dgn rakus. Sambil mengulum dan menjilati kemaluanku, Nelli mengerang,emmhh.. emhh, seperti seseorang yg sedang memakan sesuatu yg sangat nikmat. Kuelus-elus rambutnya yg hitam dan diikat ke belakang itu.
Sambil menikmati permainan oral Nelli, kulihat suaminya sedang mendapat handjob dari Lina. Tampak Lina mengocok kemaluan Pak Heri dgn cepat, dan tak lama terdengar erangan nikmat Pak Heri saat dia mencapai orgasmenya. Linapun kemudian meninggalkan Pak Heri, mungkin dia pergi ke toilet untuk membersihkan tangannya.
Sementara itu Nelli masih dgn bernafsu menikmati kemaluanku yg besar. Memang kalau kubandingkan dgn kemaluan suaminya, ukurannya jauh berbeda. Apalagi setelah dia mengalami orgasme, tampak kemaluan Pak Heri sangat kecil dan tertutup oleh lemak perutnya yg buncit itu. Tak heran bila istrinya sangat menikmati kemaluanku.
Tak lama Linapun kembali muncul di ruang itu, dan menghampiriku. Nelli masih berjongkok di depanku sambil mempermainkan lidahnya di batang kemaluanku. Lina duduk di sampingku dan mulai menciumiku. Dibukanya bajuku dan puting dadakupun dihisapnya.
Nikmat sekali rasanya dihisap oleh dua wanita cantik istri orang ini. Seorang di atas yg lainnya di bawah. Sementara Pak Heri tampak menikmati pemandangan ini sambil berusaha membangkitkan kembali senjatanya yg sudah loyo.
Kuangkat baju Lina dan juga BHnya, sehingga buah dadanya menantang di depan wajahku. Langsung kuhisap dan kujilati putingnya. Sementara tanganku yg satu meremas buah dadanya yg lain. Sementara Nelli masih mengulum dan menjilati kemaluanku.
Setelah puas bermain dgn kemaluanku, Nelli kemudian berdiri. Dia kemudian melepaskan pakaiannya hingga hanya kalung berDinan dan hak tingginya saja yg masih melekat di tubuhnya. Buah dadanya besar dan padat menjulang, dgn puting yg kecil berwarna merah muda.
Aku terkagum dibuatnya, sehingga kuhentikan kegiatanku menghisapi buah dada Lina. Nelli kemudian menghampiriku dan kamipun berciuman kembali dgn bergairah.
“Ayo isap susu ik ” pintanya sambil menyorongkan buah dada sebelah kanannya ke mulutku. Tak perlu dikomando lagi langsung kuterkam buah dadanya yg kenyal itu. Kuremas, kuhisap dan kujilati sepuasnya. Nellipun mengerang kenikmatan.
Setelah itu, dia kembali berdiri dan kemudian berbalik membelakangiku. Diapun jongkok sambil mengarahkan kemaluanku ke dalam vaginanya yg berambut tipis itu.
Kamipun bersetubuh dgn tubuhnya duduk di atas kemaluanku menghadap suaminya yg masih berusaha membangunkan perkakasnya kembali. Kutarik tubuhnya agak kebelakang sehingga aku dapat menciumi kembali bibirnya dan wajahnya yg cantik itu.
“Eh.. Eh.. Eh..” dengus Nelli setiap kali aku menyodokkan kemaluanku ke dalam vaginanya. Aku terus menyetubuhinya sambil meremas-remas buah dadanya dan sesekali menjilati dan menciumi pundaknya yg mulus.
Sementara itu Lina bersimpuh di ujung sofa sambil meraba-raba buah zakarku, sementara aku sedang menyetubuhi Nella. Terkadang dikeluarkannya kemaluanku dari vagina Nelli untuk kemudian dikulumnya. Setelah itu Lina memasukkan kembali kemaluanku ke dalam Dinang surga Nelli.
Setelah beberapa menit, aku berdiri dan kuminta Nelli untuk menungging di sofa. Aku ingin menggenjot dia dari belakang. Kusetubuhi dia “doggy-style” sampai kalung berDinan dan buah dadanya yg besar bergoyg-goyg menggemaskan.
Kadang kukeluarkan kemaluanku dan kusodorkan ke mulut Lina yg dgn lahap menjilati dan mengulumnya. Benar-benar nikmat rasanya menyetubuhi dua wanita cantik ini.
“Ahh.. Yes.. Yes.. Aha.. Aha.. That’s right.. Aha.. Aha..” begitu erangan Nelli menahan rasa nikmat yg menjalari tubuhnya. Hal itu menambah suasana erotis di ruangan itu.
Sementara Pak Heri rupanya telah berhasil membangunkan senjatanya. Dihampirinya Lina dan ditariknya menuju sofa yg lain di ruangan itu. Linapun mau tak mau mengikuti kemauannya. Memang sudah perjanjian bahwa aku bisa menikmati istrinya sedangkan Pak Heri bisa menikmati “istriku”.
Sementara itu, aku masih menggenjot Nelli secara doggy-style. Sesekali kuremas buah dadanya yg berayun-ayun akibat dorongan tubuhku. Kulihat Pak Heri tampak bernafsu sekali menyetubuhi Lina dgn gaya missionary.
Tak beberapa lama kudengar erangan Pak Heri. Rupanya dia sudah mencapai orgasme yg kedua kalinya.
Linapun tampak kembali pergi meninggalkan ruangan. Sementara aku masih menyetubuhi Nelli dari belakang sambil berkacak pinggang. Setelah itu kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia lagi, kali ini dari depan. Sesekali kuciumi wajah dan buah dadanya, sambil terus kugenjot vaginanya yg sempit itu.
“Ohh.. Aha.. Aha.. Ohh god.. I love your big cock..” Nella terus meracau kenikmatan.
Tak lamapun tubuhnya mengejang dan dia menjerit melepaskan segala beban birahinya. Akupun sudah hampir orgasme. Aku berdiri di depannya dan kusuruh dia menghisap kemaluanku kembali.
Sementara, aku lirik ke arah Pak Heri, dia sedang memperhatikan istrinya mengulumi kemaluanku. Kuremas rambut Nelli dgn tangan kiriku, dan aku berkacak pinggang dgn tangan kananku.
Tak lama akupun menyemburkan cairan ejakulasiku ke mulut Nelli. Diapun menelan spermaku itu, walaupun sebagian menetes mengenai kalung berDinannya. Diapun menjilati bersih kemaluanku.
“Thanks Radit.. I really enjoyed it” katanya sambil membersihkan bekas spermaku di dadanya.
“No problem Nella.. I enjoyed it too.. Very much” balasku.
Setelah itu, kamipun kembali mengobrol beberapa saat sambil menikmati desert yg disediakan. Kamipun berjanji untuk melakukannya lagi dalam waktu dekat.
Dalam perjalanan pulang, Lina tampak kesal. Dia diam saja di dalam mobil. Akupun tidak begitu menghiraukannya karena aku sangat puas dgn pengalamanku tadi. Akupun bersenandung kecil mengikuti alunan suara Al Jarreau di tape mobilku.
“We’re in this love together..”
“Kenapa sih sayaangg?” tanyaku ketika kami telah sampai di depan rumahnya.
“Pokoknya Lina nggak mau lagi deh” katanya.
“Habis Lina nggak suka sama Pak Heri. Udah gitu mainnya cepet banget. Lina nanggung nih.”
Akupun tertawa geli mendengarnya.
“Kok ketawa sih Pak Adit.. Ayo.. Tolongin Lina dong.. Lina belum puas.. Tadi Lina horny banget lihat bapak sama Nelia make love” rengeknya.
“Wah sudah malam nih.. Besok aja ya.. Lagian saya ada janji sama orang”.
“Ah.. Pak Adit jahat..” kata Lina merengut manja.
“Besok khan masih ada sayaangg” hiburku.
“Tapi janji besok datang ya..” rengeknya lagi saat keluar dari mobilku.
“OK so pasti deh.. Bye”
Sebenarnya aku tidak ada janji dgn siapa-siapa lagi malam itu. Hanya saja aku segan memakai Lina setelah dia disetubuhi Pak Heri tadi. Setidak-tidaknya dia harus bersih-bersih dulu.. He.. He.. Mungkin besok pagi saja aku akan menikmatinya kembali, karena Pak Arif toh masih beberapa hari lagi di luar negeri.
Kukebut mobilku mengarungi jalan tol di dalam kota. Semoga saja aku masih dapat melihat film bagus taygan HBO di TV nanti.
Itulan umpulan artikel dari Cerita Mesum dengan Sekertaris di Kantor semoga kalian semua terhibur. Salam sange !
Untuk Info yang lebih lanjut silahkan hubungi CS kami di :
-Website : https://goo.gl/aT2cDj
-YM : mtwpoker.cs
-Pin BBM : 28b221a5
-facebook : https://www.facebook.com/OfficialMTWPoker
So, Jangan ragu lagi! Jadikan MTWPoker.com tempat bermain pilihan kalian sekarang juga!! :) ♥
-Website : https://goo.gl/aT2cDj
-YM : mtwpoker.cs
-Pin BBM : 28b221a5
-facebook : https://www.facebook.com/OfficialMTWPoker
So, Jangan ragu lagi! Jadikan MTWPoker.com tempat bermain pilihan kalian sekarang juga!! :) ♥
0 komentar:
Posting Komentar