Namaku Edo ( kali ini nama asli). Aku tinggal di kota Mataram Lombok. Ceritaku ini terjadi pada tahun 2007 silam. Pada waktu itu aku kuliah di sebuah di salah satu Perguruan Tingi Swasta di Lombok. Aku ambil cuti kuliah untuk bekerja di sebuah radio swasta yang sudah terkenal di kota itu. Waktu itu aku bekerja sebagai kru produksi. Pekerjaannya sangat sederhana yaitu merekam lagu, membuat iklan radio, dan mempersiapkan segala hal yang sifatnya off-air. Pemilik radio itu namanya Bapak Wirata! Dia mempunyai istri yang sangat cantik. Aku biasa menyebutnya dengan Ibu Riah.
Ibu Riah tingginya kira-kira 175cm, bahkan lebih tinggi dari suaminya. Ibu Riah bekerja di sebuah perusahaan swasta di Lombok. Sejak pertama kali bekerja di radio itu, aku udah jatuh cinta ama Ibu Riah untuk pertama kalinya. Ibu Riah ini sangat cantik, mungkin sensual. Tinggi kira-kira 170cm, Payudaranya tidak besar, sama sekali tidak besar. Tapi justru payudaranya yang kecil itu yang membuatku sangat penasaran. Aku selalu terobsesi dengan payudara yang kecil!hihihii..
Ibu Riah tingginya kira-kira 175cm, bahkan lebih tinggi dari suaminya. Ibu Riah bekerja di sebuah perusahaan swasta di Lombok. Sejak pertama kali bekerja di radio itu, aku udah jatuh cinta ama Ibu Riah untuk pertama kalinya. Ibu Riah ini sangat cantik, mungkin sensual. Tinggi kira-kira 170cm, Payudaranya tidak besar, sama sekali tidak besar. Tapi justru payudaranya yang kecil itu yang membuatku sangat penasaran. Aku selalu terobsesi dengan payudara yang kecil!hihihii..
Ngentot Dengan Istri Bosku |
Suatu ketika ibu Riah menyuruh aku ke rumahnya untuk memperbaiki komputernya yang rusak.Sesampai di dalam rumah aku tidak menemukan siapa pun. Dimana Mbak Riah, pikirku. Kulangkahkan kakiku ke ruang tengah. Kosong juga. Wah, di mana nih. Perlahan aku berjalan ke dapur sambil berharap ketemu dengan sang idola. Kalo udah pada tidur ya aku pulang aja. Sampai aku dikejuntukan oleh sepasang tangan yang melingkar dipinggangku dari belakang.
“malam ini temenin Mbak ya”, terdengar bisikan di telingaku.
Tanpa basa-basi aku segera memutar tubuhku dan di depanku telah berdiri Mbak Riah dengan paras yang sangat cantik. Wajah Mbak Riah persis di depanku. Hidungku nyaris bersentuhan dengan hidung Mbak Riah. Terasa hangat di wajahku ketika Mbak Riah menghembuskan nafas. Aku benar-benar dibuat terpesona. Mbak Riah sudah berganti pakaian dengan kimono warna pink. Matanya sayu menatapku. Entah keberanian dari mana yang mendorong wajahku sehingga bibirku mengecup lembut bibir Mbak Riah. Tidak ada perlawanan dari Mbak Riah. Bibirku terus bermain di bibir Mbak Riah beberapa lama. Kurasakan tangan Mbak Riah membuka lembut kemejaku. Aku mencoba melingkarkan tanganku di punggung Mbak Riah. Kuusap perlahan punggungnya sambil terus memainkan bibirku. Lidahku mulai menerobos masuk ke dalam mulut Mbak Riah. Bibir Mbak Riah lembut sekali, wangi dan itu membuatku semakin bernapsu.
Lidahku semakin liar bermain. Kuciumi lagi bibirnya, hidungnya, matanya, keningnya, pipinya, dagunya. Dan semuanya terasa lembut. Napas Mbak Riah semakin memburu. Tanganku bergerak ke bawah mencari2 tali kimono. Setelah ketemu, kubuka talinya pelan. Ketika berhasil kulepaskan, kimono tersebut merosot jatuh ke lantai, Kumundurkan tubuhku dan nampaklah pemandangan yang sangat indah yang sering kubayangkan selama ini. Mbak sudah tidak memakai bra dan cd. Payudara yang selama ini hanya ada dalam imajinasiku kini terpampang jelas di hadapanku. Tampak puting yang kecil berwarna coklat dan merah muda pada ujungnya. Bener-bener sesuai ama selera dan harapaku. Payudaranya kecil, mungkin ukuran 34 a. Tapi aku suka banget ama yang segitu.
“Edo Kenapa berhenti?”, ucapnya lirih seraya matanya yang sayu memandangku. Tanpa pikir panjang kuhampiri Mbak Riah dan berlutut di depannya. Aku membungkuk dan mencium lembut jari kaki sebelah kirinya sementara tangan kananku membelai lembut betis kanan Mbak Riah. Yang kudengar saat itu hanya lenguhan nikmat dari Mbak Riah. Kudongakkan kepalaku menatap Mbak Riah. Mbak Riah hanya menatapku sayu dengan nafas yang memburu. Kuarahkan perhatianku lagi ke bawah. Kuciumi lagi kaki kiri dan kanan berganti sementara tanganku mengusap lembut betisnya. Mbak Riah terus mendesis sampai suatu saat Mbak Riah hampir terduduk karena menahan kenikmatan dari ciuman dan belaian di betisnya.
Aku bangkit dan kusandarkan tubuh Mbak Riah di tembok dapur dengan posisi tubuh berdiri. Aku berlutut lagi dan kini yang menjadi sasaranku adalah pahanya. Kuciumi pelan paha kanan Mbak Riah. Tangan kanan Mbak Riah mencengkeram tembok. Kuciumi terus mulai dr atas lutut sampai mendekati pangkal pahanya. Tercium aroma yang membuatku semakin mabuk asmara ketika menciumi sekitar pangkal paha. Mbak Riah berusaha mengatupkan pahanya tapi aku menahannya dengan kedua tangan supaya tetap terbuka. Ciumanku pindah ke paha yang kiri sementara tangan kananku bergerak ke atas ke wilayah perut dan mengusap pelan dengan ujung jariku. Mbak Riah semakin mendesis tidak karuan.
“Oh… Edo… Shh… sh…”
Ciumanku terus naik mendekati pangkal pahanya. Dengan gerakan sedikit menyentak kurenggangkan lagi paha Mbak Riah.
Oughhh… Mbak Riah melenguh panjang menerima perlakuanku yang tiba2. Kupandangi sejenak gundukan di depanku. Jembutnya lebat sekali dan baunya wangi. Sambil tetap memegangi kedua lutut Mbak Riah, kujulurkan hidungku menyapu jembutnya. Tubuh Mbak Riah bergetar menerima sapuan hidungku. Tampak samar belahan daging dan kucoba menjilat pelan membelah hutan jembut yang lebat itu.
“Ouhh… Edo…”, tangannya meraih rambuntuku dan menjambak pelan. Lidahku terus menjilat mencari-cari daging nikmat. Kurasakan ada cairan menempel dilidahku. Gurih terasa di muluntuku. Muluntuku pun mulai menghisap gundukan indah Mbak Riah.
“oh… Sshh… Sshh… Edo… enak banget dooooo…”, desah Mbak Riah. Desahan itu membuatku semakin ganas. Kontolku sudah tegang dari tadi tapi aku ingin bermain dengan Mbak Riah. Hisapanku di memek Mbak Riah semakin liar. Sementara Mbak Riah meliuk-liuk menerima serangan di memeknya.
“Edo.. Kamu kok pinter banget sih…”, kata Mbak Riah manja. Aku hanya tersenyum aja mendengarnya.
Perlahan ciumanku naik ke perut Mbak Riah. Tidak lama di situ aku berniat untuk langsung menyerbu payudara Mbak Riah. Aku segera bangkit. Kupandangi sejenak payudara Mbak Riah yang sedari tadi belum kusentuh sama sekali. Lalu kupandangi wajah Mbak Riah, titik2 keringat bermunculan di keningnya. Kumajukan wajahku ke arah payudara Mbak Riah, tanpa mengalihkan pandangan dari matanya. Sampai di payudara yang sebelah kiri kukecup pelan putingnya. Mbak Riah mendongakkan wajahnya menerima sensasi kecil di putingnya. Kukulum puting payudara kiri Mbak Riah. Terasa hangat di dalam muluntuku. Mbak mulai mendesis lagi.
“terusin dooooooo… terusin”,
Aku semakin gencar mengulum puting payudara Mbak Riah. Sesekali kusedot dengan keras.
“Ahh.!” Mbak Riah berteriak kecil.
Aku melirik ke payudara yang sebelah kanan. Segera kuarahkan bibirku ke puting kanan. Perlakuanku beda kali ini. Aku menyerbu payudara kanan Mbak Riah dengan sangat liar sementara tangan kananku memegang dengan kuat payudara yang kiri. Menerima perlakuanku yang berubah drastis, Mbak Riah berteriak keras dengan menggoyangkan kepalanya kiri kanan. Keliaranku itu bertahan selama 10 menitan sementara kontolku sengaja kugesek-gesekkan ke memek Mbak Riah.
Mbak Riah terus menerus meracau. Tidak jelas apa yang diucapkan. Aku sudah tidak tahan lagi. Segera kubalik tubuh Mbak Diah kupaksa untuk menungging. Mbak Riah menahan tubuhnya dengan tangan di tembok. Kuarahkan kontolku ke memek Mbak Riah. Pelan aku coba menerobos liang memek Mbak Riah. Agak susah juga mencari posisi lubang vagini Mbak Riah. Setelah beberapa saat akhirnya kontolku sudah berada dalam jepitan memek Mbak Riah.
“Mbak…” aku menahan sebentar kontolku. Mbak Riah melenguh panjang.
“ouhh…hss…doooooooooo…”
aku segera menarik kontolku pelan sampai tersisa kepalanya dalam memeknya. Lalu kutusuk lagi dengan gerakan cepat. Mbak Riah lagi-lagi melenguh panjang. Kulakukan berulang kali sampai 15 menit. Tanpa berganti posisi aku percepat gerakanku. Tanganku kubiarkan bebas menggantung. Kontolku terus kupacu di dalam memek Mbak Riah. Sampai suatu ketika tubuh Mbak Riah mengejang hebat dan Mbak Riah melolong hebat merasakan orgasme pertamanya. Tubuh Mbak Riah bergetar beberapa saat. Aku harus menahan tubuhnya karena seperti mau terjatuh ke lantai. Sebenarnya aku juga sudah hampir sampai tapi sekuat tenaga aku bertahan. Aku tidak mau permainan ini cepat selesai.
Kudiamkan sebentar kontolku di dalam memek Mbak Riah dan membiarkan Mbak Riah mengatur napasnya, menikmati orgasmenya.
Beberapa saat kemudian, aku melanjuntukan lagi serbuanku ke memek Mbak Riah.
“Oh…uh…oh…uh”, suara Mbak Riah keenakan.
“Do, enak banget”, tambahnya lagi. Tangan kirinya meraih tangan kiriku dan meletakkannya di payudaranya. Sensasi di dua wilayah sensitifnya membuatnya buk Riah ga semakin ga karuan. Sodokanku di memeknya kupercepat sementara tanganku semakin kuat di payudaranya. Akhirnya, aku mengeluarkan senjataku yang terakhir. Tangan kananku yang bebas kuarahkan ke lubang anusnya. Kuludahi anusnya dan kuusap keras bagian anus Mbak Riah. Sekarang 3 bagian sensitifnya habis aku garap. Mbak Riah semakin menikmati permainanku. Kepalanya terayun-ayun menambah keseksiannya. Badannya terus terguncang-guncang menerima sodokan kontolku. Aku pun mulai kacau merasakan sensasi di kontolku.
“Mbak, enak banget Mbak”, kataku?
“heh…uh… terusin do. Ahh…”
Jariku mencoba menerobos ke liang anus Mbak Riah. Aku tidak berani terlalu dalam. Takut menyakiti Mbak Riah. Kontolku terus menghunjam di memek Mbak Riah. Sampai akhirnya aku merasakan gelombang sangat kuat yang siap menerobos keluar dari kontolku.
“Mbak… Aku dah mo keluar Mbak… Mphhh…”
Iiiiyyaaaa do… mbak juga… aaayooo koooo…”
Kupercepat gerakanku. Kontolku terus menerobos memek sampai akau tidak kuat lagi menahan gejolakku…
Croot…croot…croot… Ah… Ah… Ah…
Gerakan kontolku kuhentikan di dalam memek Mbak Riah. Dan tubuh Mbak Riah pun bergetar sangat hebat. Tangan kirinya mencengkeram tangan kiriku yang bermain di payudaranya dengan sangat kuat.
“AHHH…edooooo”, teriaknya memenuhi ruangan dapur.
Kujatuhkan kepalaku ke punggung Mbak Riah. Kutarik kontolku pelan-pelan, dan kuhunjamkan lagi ke dalam memek Mbak Riah tapi dengan gerakan yang sangat pelan. kedua tanganku memegang lembut payudara Mbak Riah. Nikmat banget. Sumpah nikmat banget. Kuciumi pelan punggung Mbak Riah sementara Mbak Riah ga tahan menerima orgasmenya.
Setelah beberapa saat, aku tetap membiarkan kontolku bertahan di dalam memek Mbak Riah. Lalu, pelan-pelan kutarik kontolku. Mbak Riah melenguh merasakan gesekan pelan di memeknya.
“Mbak… Nikmat banget. Mbak cantik sekali”, bisikku pelan.
“Edo… Kamu hebat. Hhh…mbak nggak ngira kamu mau ama mbak”, katanya sambil membalikkan tubuhnya dan kini duduk terkulai lemas di lantai.
Aku tersenyum aja mendengarnya.
“Kapan-kapan, kalo mbak pengen, Edo mau ya nemenin Mbak lagi?”
“Mmmmm… Siap Mbak! Apapun buat Mbak!”, jawabku sambil tersenyum manis.
this is the fisrt my sex story with Tante Riah, istri bosku. Setelah hari itu, selama empat hari aku nemenin Mbak Riah tiap malam. Ga jadi nyesel deh, Pak Wir banyak ijinnya. Ijin terus aja Pak wirrrrr… Setiap bosku keluar kota aku selalu menemani Mbak Riah dan memberinya kepuasan. Demikian juga Mbak Riah memberiku pengalaman, dan sensasi sex luar biasa kepadaku! pak wirata sorry ya bos saya sudah mengentot istri sexy anda!hihihi
“malam ini temenin Mbak ya”, terdengar bisikan di telingaku.
Tanpa basa-basi aku segera memutar tubuhku dan di depanku telah berdiri Mbak Riah dengan paras yang sangat cantik. Wajah Mbak Riah persis di depanku. Hidungku nyaris bersentuhan dengan hidung Mbak Riah. Terasa hangat di wajahku ketika Mbak Riah menghembuskan nafas. Aku benar-benar dibuat terpesona. Mbak Riah sudah berganti pakaian dengan kimono warna pink. Matanya sayu menatapku. Entah keberanian dari mana yang mendorong wajahku sehingga bibirku mengecup lembut bibir Mbak Riah. Tidak ada perlawanan dari Mbak Riah. Bibirku terus bermain di bibir Mbak Riah beberapa lama. Kurasakan tangan Mbak Riah membuka lembut kemejaku. Aku mencoba melingkarkan tanganku di punggung Mbak Riah. Kuusap perlahan punggungnya sambil terus memainkan bibirku. Lidahku mulai menerobos masuk ke dalam mulut Mbak Riah. Bibir Mbak Riah lembut sekali, wangi dan itu membuatku semakin bernapsu.
Lidahku semakin liar bermain. Kuciumi lagi bibirnya, hidungnya, matanya, keningnya, pipinya, dagunya. Dan semuanya terasa lembut. Napas Mbak Riah semakin memburu. Tanganku bergerak ke bawah mencari2 tali kimono. Setelah ketemu, kubuka talinya pelan. Ketika berhasil kulepaskan, kimono tersebut merosot jatuh ke lantai, Kumundurkan tubuhku dan nampaklah pemandangan yang sangat indah yang sering kubayangkan selama ini. Mbak sudah tidak memakai bra dan cd. Payudara yang selama ini hanya ada dalam imajinasiku kini terpampang jelas di hadapanku. Tampak puting yang kecil berwarna coklat dan merah muda pada ujungnya. Bener-bener sesuai ama selera dan harapaku. Payudaranya kecil, mungkin ukuran 34 a. Tapi aku suka banget ama yang segitu.
“Edo Kenapa berhenti?”, ucapnya lirih seraya matanya yang sayu memandangku. Tanpa pikir panjang kuhampiri Mbak Riah dan berlutut di depannya. Aku membungkuk dan mencium lembut jari kaki sebelah kirinya sementara tangan kananku membelai lembut betis kanan Mbak Riah. Yang kudengar saat itu hanya lenguhan nikmat dari Mbak Riah. Kudongakkan kepalaku menatap Mbak Riah. Mbak Riah hanya menatapku sayu dengan nafas yang memburu. Kuarahkan perhatianku lagi ke bawah. Kuciumi lagi kaki kiri dan kanan berganti sementara tanganku mengusap lembut betisnya. Mbak Riah terus mendesis sampai suatu saat Mbak Riah hampir terduduk karena menahan kenikmatan dari ciuman dan belaian di betisnya.
Aku bangkit dan kusandarkan tubuh Mbak Riah di tembok dapur dengan posisi tubuh berdiri. Aku berlutut lagi dan kini yang menjadi sasaranku adalah pahanya. Kuciumi pelan paha kanan Mbak Riah. Tangan kanan Mbak Riah mencengkeram tembok. Kuciumi terus mulai dr atas lutut sampai mendekati pangkal pahanya. Tercium aroma yang membuatku semakin mabuk asmara ketika menciumi sekitar pangkal paha. Mbak Riah berusaha mengatupkan pahanya tapi aku menahannya dengan kedua tangan supaya tetap terbuka. Ciumanku pindah ke paha yang kiri sementara tangan kananku bergerak ke atas ke wilayah perut dan mengusap pelan dengan ujung jariku. Mbak Riah semakin mendesis tidak karuan.
“Oh… Edo… Shh… sh…”
Ciumanku terus naik mendekati pangkal pahanya. Dengan gerakan sedikit menyentak kurenggangkan lagi paha Mbak Riah.
Oughhh… Mbak Riah melenguh panjang menerima perlakuanku yang tiba2. Kupandangi sejenak gundukan di depanku. Jembutnya lebat sekali dan baunya wangi. Sambil tetap memegangi kedua lutut Mbak Riah, kujulurkan hidungku menyapu jembutnya. Tubuh Mbak Riah bergetar menerima sapuan hidungku. Tampak samar belahan daging dan kucoba menjilat pelan membelah hutan jembut yang lebat itu.
“Ouhh… Edo…”, tangannya meraih rambuntuku dan menjambak pelan. Lidahku terus menjilat mencari-cari daging nikmat. Kurasakan ada cairan menempel dilidahku. Gurih terasa di muluntuku. Muluntuku pun mulai menghisap gundukan indah Mbak Riah.
“oh… Sshh… Sshh… Edo… enak banget dooooo…”, desah Mbak Riah. Desahan itu membuatku semakin ganas. Kontolku sudah tegang dari tadi tapi aku ingin bermain dengan Mbak Riah. Hisapanku di memek Mbak Riah semakin liar. Sementara Mbak Riah meliuk-liuk menerima serangan di memeknya.
“Edo.. Kamu kok pinter banget sih…”, kata Mbak Riah manja. Aku hanya tersenyum aja mendengarnya.
Perlahan ciumanku naik ke perut Mbak Riah. Tidak lama di situ aku berniat untuk langsung menyerbu payudara Mbak Riah. Aku segera bangkit. Kupandangi sejenak payudara Mbak Riah yang sedari tadi belum kusentuh sama sekali. Lalu kupandangi wajah Mbak Riah, titik2 keringat bermunculan di keningnya. Kumajukan wajahku ke arah payudara Mbak Riah, tanpa mengalihkan pandangan dari matanya. Sampai di payudara yang sebelah kiri kukecup pelan putingnya. Mbak Riah mendongakkan wajahnya menerima sensasi kecil di putingnya. Kukulum puting payudara kiri Mbak Riah. Terasa hangat di dalam muluntuku. Mbak mulai mendesis lagi.
“terusin dooooooo… terusin”,
Aku semakin gencar mengulum puting payudara Mbak Riah. Sesekali kusedot dengan keras.
“Ahh.!” Mbak Riah berteriak kecil.
Aku melirik ke payudara yang sebelah kanan. Segera kuarahkan bibirku ke puting kanan. Perlakuanku beda kali ini. Aku menyerbu payudara kanan Mbak Riah dengan sangat liar sementara tangan kananku memegang dengan kuat payudara yang kiri. Menerima perlakuanku yang berubah drastis, Mbak Riah berteriak keras dengan menggoyangkan kepalanya kiri kanan. Keliaranku itu bertahan selama 10 menitan sementara kontolku sengaja kugesek-gesekkan ke memek Mbak Riah.
Mbak Riah terus menerus meracau. Tidak jelas apa yang diucapkan. Aku sudah tidak tahan lagi. Segera kubalik tubuh Mbak Diah kupaksa untuk menungging. Mbak Riah menahan tubuhnya dengan tangan di tembok. Kuarahkan kontolku ke memek Mbak Riah. Pelan aku coba menerobos liang memek Mbak Riah. Agak susah juga mencari posisi lubang vagini Mbak Riah. Setelah beberapa saat akhirnya kontolku sudah berada dalam jepitan memek Mbak Riah.
“Mbak…” aku menahan sebentar kontolku. Mbak Riah melenguh panjang.
“ouhh…hss…doooooooooo…”
aku segera menarik kontolku pelan sampai tersisa kepalanya dalam memeknya. Lalu kutusuk lagi dengan gerakan cepat. Mbak Riah lagi-lagi melenguh panjang. Kulakukan berulang kali sampai 15 menit. Tanpa berganti posisi aku percepat gerakanku. Tanganku kubiarkan bebas menggantung. Kontolku terus kupacu di dalam memek Mbak Riah. Sampai suatu ketika tubuh Mbak Riah mengejang hebat dan Mbak Riah melolong hebat merasakan orgasme pertamanya. Tubuh Mbak Riah bergetar beberapa saat. Aku harus menahan tubuhnya karena seperti mau terjatuh ke lantai. Sebenarnya aku juga sudah hampir sampai tapi sekuat tenaga aku bertahan. Aku tidak mau permainan ini cepat selesai.
Kudiamkan sebentar kontolku di dalam memek Mbak Riah dan membiarkan Mbak Riah mengatur napasnya, menikmati orgasmenya.
Beberapa saat kemudian, aku melanjuntukan lagi serbuanku ke memek Mbak Riah.
“Oh…uh…oh…uh”, suara Mbak Riah keenakan.
“Do, enak banget”, tambahnya lagi. Tangan kirinya meraih tangan kiriku dan meletakkannya di payudaranya. Sensasi di dua wilayah sensitifnya membuatnya buk Riah ga semakin ga karuan. Sodokanku di memeknya kupercepat sementara tanganku semakin kuat di payudaranya. Akhirnya, aku mengeluarkan senjataku yang terakhir. Tangan kananku yang bebas kuarahkan ke lubang anusnya. Kuludahi anusnya dan kuusap keras bagian anus Mbak Riah. Sekarang 3 bagian sensitifnya habis aku garap. Mbak Riah semakin menikmati permainanku. Kepalanya terayun-ayun menambah keseksiannya. Badannya terus terguncang-guncang menerima sodokan kontolku. Aku pun mulai kacau merasakan sensasi di kontolku.
“Mbak, enak banget Mbak”, kataku?
“heh…uh… terusin do. Ahh…”
Jariku mencoba menerobos ke liang anus Mbak Riah. Aku tidak berani terlalu dalam. Takut menyakiti Mbak Riah. Kontolku terus menghunjam di memek Mbak Riah. Sampai akhirnya aku merasakan gelombang sangat kuat yang siap menerobos keluar dari kontolku.
“Mbak… Aku dah mo keluar Mbak… Mphhh…”
Iiiiyyaaaa do… mbak juga… aaayooo koooo…”
Kupercepat gerakanku. Kontolku terus menerobos memek sampai akau tidak kuat lagi menahan gejolakku…
Croot…croot…croot… Ah… Ah… Ah…
Gerakan kontolku kuhentikan di dalam memek Mbak Riah. Dan tubuh Mbak Riah pun bergetar sangat hebat. Tangan kirinya mencengkeram tangan kiriku yang bermain di payudaranya dengan sangat kuat.
“AHHH…edooooo”, teriaknya memenuhi ruangan dapur.
Kujatuhkan kepalaku ke punggung Mbak Riah. Kutarik kontolku pelan-pelan, dan kuhunjamkan lagi ke dalam memek Mbak Riah tapi dengan gerakan yang sangat pelan. kedua tanganku memegang lembut payudara Mbak Riah. Nikmat banget. Sumpah nikmat banget. Kuciumi pelan punggung Mbak Riah sementara Mbak Riah ga tahan menerima orgasmenya.
Setelah beberapa saat, aku tetap membiarkan kontolku bertahan di dalam memek Mbak Riah. Lalu, pelan-pelan kutarik kontolku. Mbak Riah melenguh merasakan gesekan pelan di memeknya.
“Mbak… Nikmat banget. Mbak cantik sekali”, bisikku pelan.
“Edo… Kamu hebat. Hhh…mbak nggak ngira kamu mau ama mbak”, katanya sambil membalikkan tubuhnya dan kini duduk terkulai lemas di lantai.
Aku tersenyum aja mendengarnya.
“Kapan-kapan, kalo mbak pengen, Edo mau ya nemenin Mbak lagi?”
“Mmmmm… Siap Mbak! Apapun buat Mbak!”, jawabku sambil tersenyum manis.
this is the fisrt my sex story with Tante Riah, istri bosku. Setelah hari itu, selama empat hari aku nemenin Mbak Riah tiap malam. Ga jadi nyesel deh, Pak Wir banyak ijinnya. Ijin terus aja Pak wirrrrr… Setiap bosku keluar kota aku selalu menemani Mbak Riah dan memberinya kepuasan. Demikian juga Mbak Riah memberiku pengalaman, dan sensasi sex luar biasa kepadaku! pak wirata sorry ya bos saya sudah mengentot istri sexy anda!hihihi
Untuk Info yang lebih lanjut silahkan hubungi CS kami di :
-Website : https://goo.gl/aT2cDj
-YM : mtwpoker.cs
-Pin BBM : 28b221a5
-facebook : https://www.facebook.com/OfficialMTWPoker
-Website : https://goo.gl/aT2cDj
-YM : mtwpoker.cs
-Pin BBM : 28b221a5
-facebook : https://www.facebook.com/OfficialMTWPoker
So, Jangan ragu lagi! Jadikan MTWPoker.com tempat bermain pilihan kalian sekarang juga!! :) ♥
0 komentar:
Posting Komentar